INFONAS.ID||Jakarta – Sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh Forum Tanah Air di Hotel Grand Kemang, Jakarta, dibubarkan secara paksa oleh sekelompok massa tak dikenal, Sabtu (28/9).
Diskusi ini menghadirkan tokoh-tokoh seperti Din Syamsuddin, Refly Harun, Said Didu, Marwan Batubara, dan Rizal Fadhilah, yang akan membahas isu-isu seputar kebangsaan dan pemerintahan berubah menjadi kacau saat massa masuk dan merusak beberapa properti.
Namun, menurut laporan, sekelompok massa mulai berorasi di depan hotel sejak pagi, mengkritik para narasumber dan membela pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Aksi Anarkis Massa
Situasi memburuk ketika massa masuk ke ruang acara dan mulai merusak panggung, mematahkan tiang mikrofon, serta merobek backdrop acara. Para peserta diskusi yang baru tiba di lokasi juga diancam oleh massa, menciptakan suasana ketakutan di antara peserta dan panitia.
Meski ada aparat kepolisian di lokasi, mereka tidak bertindak tegas untuk membubarkan massa atau melindungi para peserta diskusi. Hal ini memicu kritik dari beberapa tokoh yang hadir, yang menyayangkan lemahnya penegakan hukum terhadap aksi brutal tersebut.
Kritik terhadap Pemerintah dan Aparat
Din Syamsuddin, salah satu narasumber, mengecam keras aksi kekerasan ini, menyebutnya sebagai cerminan dari pelanggaran demokrasi yang terus terjadi di bawah pemerintahan saat ini.
“Peristiwa ini adalah bentuk kejahatan demokrasi,” ujar Din Syamsuddin dalam konferensi pers setelah acara dibubarkan.
Sementara itu, Ketua Forum Tanah Air, Tata Kesantra, menyatakan rasa kecewanya, menganggap insiden ini sangat memalukan, terutama karena disaksikan oleh diaspora Indonesia di berbagai negara melalui siaran langsung di YouTube.
“Kejadian ini adalah hal yang memalukan dan tidak seharusnya terjadi di negara yang mengklaim dirinya demokratis,” ungkapnya.
Akhirnya Berubah Menjadi Konferensi Pers
Setelah pembubaran paksa tersebut, acara yang awalnya direncanakan sebagai diskusi diubah menjadi konferensi pers, di mana para narasumber menyampaikan kritik tajam terhadap aksi anarkis massa dan lemahnya respons aparat kepolisian.
Mereka menyesalkan pembatasan terhadap kebebasan berpendapat dan berdialog, yang seharusnya menjadi bagian penting dari demokrasi.
Pihak penyelenggara berharap agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi dan mendorong aparat keamanan untuk lebih tegas dalam melindungi kebebasan berkumpul dan berbicara. (FT)
FOLLOW THE INFONAS.ID | Bukan Sekedar Berita AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow INFONAS.ID | Bukan Sekedar Berita on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram