-->

Selasa, 02 April 2024

Beginilah respon ketua Komisi IV DPRD Kab.Sukabumi Atas peristiwa kelalaian saat penanganan pasien di RSUD PALABUHANRATU

Beginilah respon ketua Komisi IV DPRD Kab.Sukabumi Atas peristiwa kelalaian saat penanganan pasien di RSUD PALABUHANRATU

Infonas.id | Sukabumi


Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Sukabumi Hera Iskandar memberikan tanggapan terkait persoalan tentang adanya dugaan kelalaian dalam penanganan pasien yang melahirkan di RSUD Palabuhanratu yang dimana bayi nya meninggal dunia. Dimana Hera Iskandar sendiri adalah sebagai Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Sukabumi, yaitu sebagai legislator yang membidangi kesehatan.


Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Sukabumi, Hera Iskandar saat dimintai tanggapannya mengatakan bahwa Ia sangat prihatin atas kejadian yang dialami oleh keluarga korban.

"Sangat prihatin dengan kejadian ini, bagaimanapun kehilangan anak merupakan pukulan terberat bagi setiap orang tua. Saya menyampaikan duka cita yang sedalam-dalamnya," ungkap Hera melalui pesan WhatsApp saat dimintai tanggapannya oleh awak media.


Mengenai hal yang dilaporkan terkait pelayanan, lanjut Hera, dan kelalaian dari rumah sakit, sebenarnya di setiap RS (Rumah Sakit) itu menerapkan sistem manajemen pelayanan pasien.

"Dimana setiap pasien yang merasa tidak dilayani dengan baik saat itu juga dapat meminta MPP atau Case Manajer memberikan pendampingan kepada PPA, Profesional Pemberi Asuhan, sehingga keluhan yang disampaikan pasien atau keluarganya segera bisa ditangani, ini secara standar yang mesti dilaksanakan di RS, apalagi ini RS yang berada di Ibu Kota Kabupaten," jelas Hera, Selasa (02/04/2024).


Menyikapi permasalahan yang sudah terjadi ini, masih kata Hera, saya mendorong agar pihak RS bisa menjelaskan kejadian yang sebenarnya.

"Ini pihak RS harus bisa menjelaskan kejadian yang sebenarnya dengan bukti rekam medis yang bisa di pertanggingjawabkan, sehingga pihak keluarga pasien bisa menerima," pungkasnya.


Sebelumnya, Rizki Akbar (ayah korban) mengatakan pada saat konferensi pers yang didampingi kuasa hukumnya Tusyana Priatin,SH menjelaskan tentang kronologisnya.

"Jadi tempatnya sekitar 09.30 wib saya datang ke bidan Anggia yang letak kliniknya itu ada di depan rumah sakit Palabuhanratu, ketika datang ke bidan Anggia istri saya di tanya ini udah pembukaan 1, bahkan di cek detak jantung anaknya juga normal. Kalau ibu dewi ini bisa menahan silahkan tidur di rumah, tapi kalau pembukaannya ini terus-menerus ibu dewi di sarankan harus ke IGD," katanya.


Sekitar pukul 10 lebih, masih kata Rizki, saya daftar ke IGD. Istri saya di suruh nunggu kurang lebih hampir 2 jam, istri saya juga menjelaskan ke bidan yang ada di IGD bahwa kehamilan saya sungsang. 

"Saya disuruh menunggu, terus istri saya kesakitan udah tidak tahan tapi tetap bidan itu tidak ada tindakan bahkan di infus juga tidak ada. Bahkan ada tindakan nya juga pas pembukaan 6 ketika istri saya beronta teriak-teriak kesakitan baru bidan itu manggil bu Dewi, disitu pembukaannya cepat, dari 6 ke 8 itu cepat, sehingga anak saya harusnya cepat ditangani oleh dokter spesialis ini dokternya juga tidak ada di tempat," keluh Rizki.


Perawat/Bidan waktu itu mengatakan bahwa alat cesar nya juga udah habis, baju-bajunya juga sudah kotor, karena kebetulan waktu siang tadi banyak yang operasi cesar, jadi alatnya kurang atau habis.

"Saya sangat menyayangkan disana tidak ada dokter spesialis kandungan nya, yang adanya juga bidan semua, sampai anak saya keluar sudah tidak bernyawa," tutur Rizki.

(Red)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 INFONAS.ID | Bukan Sekedar Berita | All Right Reserved