-->

Minggu, 22 Maret 2020

Catatan Kecil Untuk Pemimpin

Catatan Kecil Untuk Pemimpin

Oleh:Aris
Pimred/Penanggungjawab




Tribunnews.my.id
Tak Ada yang bisa mengingkari kenyataan bahwa cermin baik buruk nya wajah negeri ini berasal dari perilaku para pemimpinnya jika perilaku mereka diperhatikan dengan sikap egois, saling berebut tahta jabatan, mata masyarakat awam pun akan melihat hanya sebatas itu moralitas para pemimpin kita.
Maka para pemimpin mengatakan bahwa perbedaan pendapat dan pandangan adalah cermin demokmokrasi,tetapi tidak menyadari bahwa apa yang sedang dipertontonkan mereka pada rakyat adalah kesombongan dan keangkuhan perilaku, mereka mengatakan bahwa konflik merupakan bentuk dinamika suatu bangsa,tapi mereka tidak sadar bahwa konflik yang sedang mereka perankan telah dijadikan rakyat muak. rakyat tahu bahwa konflik tersebut bukan cermin dari dinamika demokrasi tapi lebih sekedar arena rebutan jabatan yang kerap menghalalkan segala cara aroma politik bangsa yang berkecamuk dengan hiruk pikuk gelegarnya segala jegal dari si tukang jegal saling unjuk kekuatan, yang konon menurut shahibul hikayat...
Menyebut diri sedang menjalankan reformasi padahal semua itu hanya deramaturgi belaka karena lambat laun tercium lah aroma bunga bangkai yang menyeruak karena menyimpan banyak kebusukan dari permainan"perang"yang dijadikan segala strategi dan taktik kebusukan dan pembusukan yang terjadi telah menyebar ke setiap sendi ruas dari tulang-tulang penyangga tubuh, hingga di mana-mana yang tercium adalah aroma bangkai begitulah....
Penyakit politik negeri ini ni begitu kronis penyakit itu ditunjukkan dengan ketidakjelasan arah mau dibawa kemana bangsa ini, semua serba tidak jelas dan seakan dibuat tidak jelas oleh para pelaku elit politik kita kuatir demokrasi hanyalah melahirkan kesombongan para demokrasi mereka bertingkah egois dan serakah seperti itu mereka hanya memperhitungkan dirinya sendiri tanpa memikirkan apa yang sedang menimpa rakyat sesungguhnya karena mereka asik dengan egonya masing-masing ada yang ingin menggusur ketua partai ingin menjadi ketua partai atau jadi politisi kutu loncat, berbuat dukungan an militer untuk partainya dan seterusnya sekiranya kita bisa mengatakan ada dua kondisi yang saling bertentangan antara apa yang dialami rakyat dan apa yang dicita-citakan pemimpinnya bukankah itu bisa dikatakan ketidak kesenambungan antara pemimpin dan yang dipimpin? Juga bukankah itu merupakan cermin kotor negeri ini di mana empati dan Simpati pemimpin atas yang dipimpin justru semakin melemah? Masih adakah pemimpin yang memiliki karakter di negeri ini?
 Pada situasi lain hari demi hari wajah masa depan negeri ini semakin suram aja tanda-tanda kehidupan yang yang sehat sulit didapati semuanya serba ruwet bingung karena orientasi kehidupan yang sangat lemah semuanya dilakukan hanya dalam rangka pencapaian orientasi jangka pendek dan untuk kepentingan elit tertentu saja semuanya serba gelap, tak ada sinar harapan, bahkan seolah-olah pengharapan telah padam di hati sanubari bangsa ini, yang ada hanyalah letupan emosional dan egoisme yang dimuntahkan terus menerus bagaikan an-nahl dan hawa panas gunung berapi yang mengitari Medan perpolitikan di negeri ini. Hawa panas yang dimuntahkan dan menjelma menjadi perpecahan di tubuh partai partai (seperti yang akhir-akhir ini) menghiasi setiap sudut media masa sebenarnya lahir akibat ketidak dewasaan para elit politik partai untuk mengolah konflik. Benar bahwa konflik nyata-nyata dibutuhkan oleh partai agar partai semakin servival di mata publik konflik juga menunjukkan dinamika tertentu dari sebuah partai namun di negeri ini terlihat sangat ironis sebab konflik yang terjadi di bersifat destrukrif. Mereka tidak berdebat bagaimana menata negeri ini ke depan melainkan hanya sibuk mengurus perpecahan di tingkat internal sendiri. Akibatnya konflik dalam kehidupan partai bukan malah memperkuat dinamika demokrasi itu sendiri melainkan justru melemahkannya.
Pertanyaan ya mengapa partai mudah terpecah-pecah baik ketentuan luar maupun ketentuan dalam partai sendiri disini penulis kemukakan bahwa mereka telah kehilangan pemimpin yang yang berkarakter karena yang ada di tubuh partai bukanlah pemimpin yang sudah jadi atau pemimpin berkarakter tetapi pemimpin setengah jadi mereka rata-rata ta menghiasi wajah partai politik negeri ini pemimpin setengah jadi tidak memiliki karakter baginya hanya uang jabatan kekuasaan yang harus dicapai bukan kedamaian dan and1 semua nilai-nilai untuk berjuang secara tulis dan luhur kenyataan mereka bukan pada etika dan moralitas demokrasi tetapi kepada dewa uang"
uang bagi mereka adalah segalanya karena demi ini semua mereka rela kehilangan nama baik bagi mereka nama baik itu urusan gampang mereka menganggap bahwa dengan uang nama baik bisa dibeli konsekuensi logis ketika uang dijadikan dewa dalam ranah politik. Maka jangan harap akan muncul pemimpin yang berkalakter. Mereka adalah pemimpin sok alim tetapi zalim"yang mencari uang dalam proses kepemimpinan kepemimpinannya. Argumen ini memang mudah dipatahkan dan dengan retorika mereka, tapi bisakah mereka mengelak bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah demi untuk uang? Bukan untuk rakyat?
pemimpin berkarakter adalah mereka yang mau bercermin terus-menerus dan berusaha untuk menjaga reputasi nama baiknya dalam hal ini "nama baik"yangdimaksudkan bukanlah nama baik yang direkayasa dengan menyogok publik agar mereka mengatakan bahwa dia memang baik padahal tidak baik tapi nama baik yang yang lahir karena memang perilakunya baik terhadap rakyat demi nama baik dia lebih baik kehilangan jabatan kekuasaan dan uang demi nama baik misalnya mereka tentu saja tidak mau memisahkan dari partai asalnyadengan banyak melanggar aturan partai dan menjadi politisi kutu loncat, sebab perilakunya telah banyak cemooh publik.
bagi pemimpin berkarakter nama baik harus dijaga sebab ada pepatah yang mengatakan lebih baik mati daripada kehilangan nama baik nama baik adalah segalanya bagi dia karakter adalah dirimu sendiri di tengah kegelapan seperti dikatakan Dwigth L. Moody... Saya melihara karakter dengan berusaha h melihara reputasi saya sendiri.

(Red)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 INFONAS.ID | Bukan Sekedar Berita | All Right Reserved